Jalan Pengabdian Epyardi dan Gerombolan “Tak Siap Lapar”

- Minggu, 12 Juni 2022 | 18:28 WIB

HALUAN PADANG - “Jika kau ingin membuat semua orang menyukaimu, jangan jadi pemimpin. Jualan es krim saja,” (Steve Jobs). Kutipan dari pengusaha terkenal Amerika itu melekat di ingatan Epyardi Asda.

Sebagai Bupati Solok yang dipilih masyarakat, keinginan Epyardi sederhana, pengabdian. Tanah dimana tali pusarnya ditanam itu harus berkembang, dan bangkit.

Tahun 2021 tepatnya 26 April, Epyardi dilantik menjadi Bupati Solok dengan pasangannya Wakil Bupati Jon Fiman Pandu. Baginya itu adalah jalan yang diberikan tuhan untuk memulai langkah.

Demi masyarakat ia harus bersikap. Sebelum menjabat sebagai bupati, ia pernah lantang mengungkap. Jika ia menang nanti, dan menjadi bupati akan ada perubahan besar yang ia lakukan. Mambangkik batang tarandam (mengangkat batang yang terendam).

Filosofi Minangkabau ini memang berat. Tapi mempunyai arti yang kuat jika dipahami. Lumpur, lumut, dan lintah yang melekat di batang mesti dibersihkan.

Baginya Kabupaten Solok yang lama terpendam harus bangkit. Tentu dengan berbagai risiko, termasuk buncahnya zona nyaman kaum yang biasa menyedot uang rakyat.

Tak butuh waktu lama. Hanya hitungan hari menjabat, ia memanggil Barenlitbang (Bappeda) dan Badan Keuangan Daerah (BKD) Kabupaten Solok. Dua dinas adalah ini “kuncinya” pemerintah daerah.

Dari laporan yang didapat, ia terkejut. APBD Rp1 triliun lebih. Namun, yang digelontorkan untuk masyarakat melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) hanya Rp9 miliar, itu pun dibagi untuk 74 nagari.

Lalu siapa selama ini yang menikmati uang itu? Miris memang.

Epyardi meradang. Berlatar belakang sebagai kapten, jiwa pemimpinnya bergolak. Dengan suara tegasnya keputusan harus diambil.

Seluruh OPD untuk segera merevisinya. Tujuannya hanya satu menyelamatkan uang Negara. Uang rakyat harus dirasakan oleh rakyat. Jika salah mengarahkan haluan, kabupaten yang ia pimpin bisa karam.

Semua anggaran yang dulunya “bocor” ditutup. Yang berlebih mulai dipangkas. Titipan oknum pejabat langsung diblokir. Inilah yang  membuat gusar para penikmat uang haram.

Epyardi bupati fenomenal, itu tak terbantahkan. Anggaran yang disediakan untuk mobil dinas bupati yang baru ia tolak.

Belum puas juga, rumah dinas bupati dengan segala kemewahannya juga ia tolak, bahkan ia memberikannya kepada wakilnya Jon Firman Pandu untuk ditempati.

Gaji pun yang menjadi haknya juga tidak diambil, ia lebih senang menyarahkan untuk fakir miskin dan anak yatim.

Halaman:

Editor: Tio Furqan

Tags

Terkini

Wacana Berita Jokowi 3 Periode pada Portal Media Massa

Senin, 26 Desember 2022 | 15:12 WIB

Bahasa Daerah yang Mulai Ditinggalkan

Sabtu, 25 Juni 2022 | 12:07 WIB

Ilustrasi Tidak Logis

Minggu, 27 Februari 2022 | 21:38 WIB

Desa Kecil di Kota Kecil

Jumat, 11 Februari 2022 | 15:04 WIB

Menggugat “Bahasa”

Jumat, 4 Februari 2022 | 14:50 WIB

NAGARI RAMAH HARIMAU

Minggu, 16 Januari 2022 | 04:36 WIB
X