HALUAN PADANG - Seringkali media sosial (medsos) dijadikan sebagai ajang pamer oleh sebagian orang. Hal ini sudah menjadi lumrah di kalangan pengguna media sosial, terutama remaja.
Meskipun konten yang diunggah merupakan luapan dari emosi penggunanya, para ahli mengatakan tidak mudah untuk membedakan mana yang asli dan dibuat-buat.
Salah satu contoh dari sekian banyak yang sering di posting adalah, foto saat liburan, outfit bagus, bentuk tubuh, termasuk emosi yang sedang dirasakan.
Dan ada juga status kesedihan serta perasaan negatif lainnya yang seringkali kita lihat di media sosial teman, orang terdekat ataupun masyarakat pada umumnya.
Tren curhat di media sosial ini dikenal dengan Sadfishing. Tapi sayangnya, Sadfishing ini merugikan kesehatan mental anak-anak dan remaja.
Sadfishing merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku seseorang yang membuat pernyataan berlebihan tentang masalah emosional mereka.
Sadfishing juga merupakan reaksi umum bagi seseorang yang sedang mengalami masa sulit atau berpura-pura mengalami masa sulit.
Yang mana tujuannya sendiri itu untuk hal yang sederhana yaitu menjaring simpati dari follower di dunia maya.
Istilah ini mungkin tak banyak diketahui banyak orang, namun perilaku dari Sadfishing sendiri bisa dikatakan sebagai hal yang kerap dijumpai di media sosial.
Tindakan Sadfishing ini cenderung kepada pengguna media sosial yang memancing reaksi seperti komentar, like dan share dari pengguna lain untuk bersimpati kepada cerita sedihnya.
Karena tidak hanya pengguna sosial media seperti masyarakat saja yang melakukan Sadfishing, bahkan para selebritis juga melakukan hal yang sama.
Agar kita terhindar dari hal tersebut, sebaiknya kita menceritakan apa yang kita rasakan pada orang yang bisa kita percayai.
Dalam hal ini menceritakan apa yang kita rasakan bisa membantu kita merasa menjadi lebih baik dan kita juga bisa mendapatkan dukungan sosial dan emosional dengan menceritakannya kepada orang terdekat.(*)