Berkaca dari Kejadian di Turki, BMKG Ingatkan 'Monster' Bawah Tanah RI

- Jumat, 3 Maret 2023 | 10:13 WIB
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati melakukan survey untuk tracing jejak patahan dan pengukuran retakan di lokasi yang diperkirakan sebagai epicenter gempa bumi Cianjur, (5-8 Desember 2022). ( (Dok: BMKG))
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati melakukan survey untuk tracing jejak patahan dan pengukuran retakan di lokasi yang diperkirakan sebagai epicenter gempa bumi Cianjur, (5-8 Desember 2022). ( (Dok: BMKG))


HALUANPADANG - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan untuk terus waspada bahaya dari sesar geser di Indonesia, sebagaimana yang terjadi dalam bencana gempa bumi di Turki.

Hal itu ia sampaikan dalam Rakornas Penanggulangan Bencana 2023, di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, pada hari Kamis 2 Maret 2023 kemarin.

"Kita perlu mengingatkan diri kita semua, bahwa saat ini nampaknya kita lebih tertarik untuk mewaspadai gempa megathrust yang kejadiannya, probabilitasnya relatif lebih kecil, dibandingkan kejadian gempa-gempa yang berada di darat, yang posisinya langsung di bawah kaki kita," kata Dwikorita dalam Rakornas PB 2023, Jumat (3/3/2023).

Baca Juga: Beralih ke Listrik PLN, Petani Tebu Matur Agam Hemat Biaya Produksi hingga 60 Persen

Dengan adanya pelajaran gempa bumi di Turki ini, katanya, kita diingatkan untuk jangan lengah, waspadai patahan-patahan aktif yang ada di darat, yang dapat memicu gempa seperti yang terjadi di Turki.

"Gempa bumi di Turki memberikan peringatan bagi kita, bahwa negara kita juga merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa yang dipicu oleh sesar aktif di darat. Dan bisa berlanjut sampai ke laut," ujarnya.

Gempa Turki mengingatkan bahwa sesar aktif dengan pergerakan geser mendatar (strike slip) dapat menyebabkan kejadian gempa katastrofi dan gempa yang kompleks, sehingga perlu dilakukan kajian yang komprehensif mengenai zona sesar geser (strike-slip fault) di Indonesia, misalnya Sesar Geser Besar Sumatera atau the great Sumatra fault zone, Sesar Palu-Koro, Sesar Matano, Sesar Cimandiri, Sesar opak, Sesar Gorontalo, Sesar Sorong, Sesar Tarera Aiduna, Sesar Yapen, dan Sesar lainnya.

Gempa bumi di Turki, dengan magnitudo 7,8 sanggup memecahkan seluruh segmen Sesar Anatolia Timur. Adapun 6 segmen yang pecah, yaitu segmen Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali, total sepanjang 300 km.

Fenomena ini memberikan peringatan bagi Indonesia, untuk mewaspadai adanya potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi. Sebab, fenomena serupa pernah terjadi di Pulau Lombok tahun 2018 yang diguncang 5 gempa kuat dalam waktu 3 Minggu dengan magnitudo Mw 6,4, Mw 7,0, Mw 5,9, Mw 6,2, dan Mw 6,9.

Baca Juga: Ramai Soal PN Jakpus Tunda Pemilu! Politisi Hingga Pakar Hukum Tata Negara Ikut Angkat Suara

Gempa Turki selain sanggup memecahkan hampir seluruh segmen Sesar Anatolia Timur, lanjut dia, juga memicu gempa di jalur sesar lain, yaitu sistem sesar Surgu di sebelah barat-nya yang terpicu hingga terjadi gempa dengan magnitudo Mw 7,5 dan Mw 6,0.

"Dampak gempa picuan ini kian menambah tingkat kerusakan bangunan yang sudah terdampak dan memperluas zona kerusakan akibat gempa," tuturnya.

Adapun karakteristik zona sesar utama yang dikelilingi sesar lainnya banyak terdapat di Indonesia, seperti di zona Sesar Cimandiri, Sesar Semangko, Sesar Palu Koro, Sesar Aceh-Seulimeum, Sesar Kawa, dan sesar lainnya.

"Untuk itu, kita perlu memberikan perhatian khusus dan lebih serius bagi sesar-sesar aktif yang melalui wilayah pemukiman padat penduduk di kota-kotw besar seperti Sesar Besar Sumatera, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Palu-Koro," ujarnya.

Halaman:

Editor: Heldi Satria

Sumber: CNBC Indonesia

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X