Haluan Padang - Warga Kota Padang, rasanya tidak asing dengan sebuah tugu perjuangan kemerdekaan RI yang terletak di halaman Pasar Bandar Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan.
Tugu yang menggambarkan seorang ibu dan dua orang pemuda sedang melihat keatas sambil menunjuk sesuatu di langit tersebut dibuat untuk mengenang peristiwa berdarah di Bandar Buat tanggal 18 Januari 1947.
Kerap kali jika kita berbicara peristiwa Bandar Buat tersebut, dilekatkan dengan peristiwa pengeboman. Namun sebenarnya, Pasar Bandar Buat bukan di Bom, tetapi dibombardir dengan peluru Mitriliur atau mortir oleh empat buah pesawat Mustang P-51 milik Belanda. Serangan ini terjadi siang hari setelah shalat Zhuhur.
Dalam peristiwa tersebut, memang banyak korban jiwa yang jatuh. Mayoritas ada masyarakat sipil yang notabene sebagai pedagang dan pengungsi. Seluruh korban dimakamkan secara massal dalam 4 lubang besar di sebuah bukit yang sekarang tepatnya di belakang stasiun pemancar RCTI dan SCTV Simpang Gadut.
Sampai sekarang jumlah korban yang meninggal akibat peristiwa Pasar Bandar Buat tersebut masih rancu. Ada yang menyebut sekitar 50-60 orang, ada juga 150 orang lebih dan bahkan ada yang menyebutkan hingga 250 orang lebih. Namun, sampai sekarang berapa total jumlah korban meninggal akibat penyerangan pasar Bandar Buat oleh Belanda tersebut masih belum memiliki data yang pasti.
Usut demi usut, peristiwa Pasar Bandar Buat bukanlah serangan dadakan atau diserang tanpa sebab oleh Belanda. Melainkan rangkaian perperangan yang sudah terjadi antara pihak Republik Indonesia dengan Belanda yang sudah berlangsung sejak tanggal 30 November 1946.
Baca Juga: Ini 5 Organisasi Dunia Yang Keberadaannya Masih Misterius, Tapi Kerap Ciptakan Konspirasi
Ketegangan dan perperangan ini dimulai setelah dua hari Belanda berada di Kota Padang menggantikan pasukan sekutu NICA yang angkat kaki pada 28 November 1946.
Pertama kali Belanda melakukan serangan tanggal 30 November 1946 di Markas BKR (Badan Keamanan Rakyat) di jalan Panduko Intan no 24 Kampung Jawa. Serangan ini menewaskan Pimpinan BKR Kampung Jawa, Nurmanthias.Turut juga ditangkap 99 pemuda dan BKR lainnya yang dianggap sebagai Ekstrimis Kota.
Serangan tersebut sontak mendapatkan protes dari Kepala Polisi Kota Padang yang saat itu dijabat oleh Jhoni Anwar. Namun, bukannya mendengarkan protes Jhoni Anwar, komandan Kompi Belanda, Kapten Tiddens malah menyampaikan ancaman, sembari menyerahkan jenazah Nurmanthias.
Tiddens menyampaikan pesan Komandan U-Brigade Sumatera, Kolonel J.W Sluyter Agar pihak republik Indonesia di Sumatera Tengah mengakui Belanda sebagai Penguasa Baru. Pesan ini harap disampaikan kepada gubernur Sumatera Tengah, Sutan Muhammad Rasyid.
Sontrak, pesan tersebut langsung ditolak oleh Muhammad Rassyid. Penolakan inilah yang menjadi ketegangan antara Pejuang Indonesia dan Militer Belanda di Kota Padang terus memanas sampai terjadi Peristiwa Penyerangan Pasar Bandar Buat tanggal 18 Januari 1947.
Kedatangan Empat Pesawat Mustang P-51 dan Pertempuran Kampung Kalawi
Artikel Terkait
Mempersoalkan Paham Agama Kaum Paderi: Wahabi atau Bukan?
Memahami Sejarah Pemalakan di Minangkabau
22 Desember Dirayakan Sebagai Hari Ibu, Begini Sejarahnya
Asal-usul dan Sejarah Sinterklas: dari Sosok Nyata Menjadi Figur Khayali
Mengenal Jenis-jenis Rumah Gadang di Minangkabau: dari Gajah Maharam sampai Rajo Babandiang
Mengenal Jenis-jenis Rangkiang: dari Si Tinjau Lauik sampai Rangkiang Kaciak
Maaf Penggemar Teori Konspirasi, Hitler Memang Mati di Jerman Bukan di Indonesia
Ini Dia! Mansa Musa, Manusia Paling Kaya Dalam Sejarah
Mengenal Imlek, Tradisi Penting Masyarakat Tionghoa yang Pernah Dilarang di Indonesia
Ini 5 Organisasi Dunia Yang Keberadaannya Masih Misterius, Tapi Kerap Ciptakan Konspirasi