HALUAN PADANG - Rumah Gadang Minangkabau, banyak jenisnya, tidak hanya satu. Masing-masing jenis, punya ciri keunikan yang bisa menandakan identitas adat yang dianut penghuni Rumah Gadang tersebut, mulai dari kelarasan apa yang dianut oleh suku pemilik rumah sampai asal luhak mana suku pemilik rumah.
Nah, apa-apa saja jenisnya?
Baca Juga: Mengikuti Perjalanan Thomas Dias ke Pagaruyung Tahun 1684
Gajah Maharam
Gajah Maharam dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai gajah mengeram, yang artinya gajah yang sedang duduk diam melipat keempat kakinya. Bentuknya yang ‘tambun’ jika dilihat dari kejauhan sekilas memang tampak seperti seekora gajah yang sedang mengeram.
Ciri model bangunan Gajah Maharam terletak pada kedua sisi ujung bangunan Rumah Gadang tersebut yang lurus dan tidak diakhiri dengan anjungan. Pintu masuk utamanya ada pada bagian tengan depan. Gonjongnya empat, sementara di dalam ada lima ruang.
Model bangunan Rumah Gadang Gajah Maharam ini dianggap sebagai bentuk awal-mula Rumah Gadang. Model bangunan Rumah Gadang Gajah Maharam dapat ditemui pada tiga nagari (negeri) awal mula Minangkabau, yakni Pariangan, Sungaitarab, dan Limo Kaum.
Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Rangkiang: dari Si Tinjau Lauik sampai Rangkiang Kaciak
Seiring perkembangan zaman, maka Rumah Gadang Gajah Maharam ini juga mengalami perkembangan model bangunan. Perkembangan model bangunan ini hanyalah perubahan atau penambahan pada beberapa bagian.
Ada yang disebut Gajah Maharam Sibak Baju. Mode rumah gadang ini gonjongnya tampak seperti sibak baju atau dua gonjong yang di tengah memiliki garis yang menyambung- kan kedua sisi gonjong. Ini memberi kesan kedua gonjong yang di tengah seperti terpisah dengan kedua ujung gonjong utama di sisi kanan dan kiri.

Ada pula yang disebut Gajah Maharam Surambi Aceh. Rumah model ini memiliki tambahan serambi di bagian tengah depan. Serambi ini berfungsi sebagai semacam ruang tamu dan diperkirakan mulai dipakai pada masa kolonial. Saat itu, para Datuak yang berurusan dengan pejabat kolonial meyambut mereka di surambi karena para pejabat kolonial itu dianggap tabu untuk masuk ke Rumah Gadang.
Surambi ini juga diberi gonjong, ada yang bergonjong satu ada juga yang bergonjong dua.
Artikel Terkait
Hal-hal yang Harus Kamu Tahu Soal Istana Basa Pagaruyung: dari Politik Orde Baru sampai Komoditas Pariwisata
Ronggeng Pasaman: Kesenian Bandar, Paduan Beragam Budaya
Perempoean Madjoe dan Jamannya: Membahas Beberapa Salah Kaprah Mengenai Ruhana Kuddus
Riwayat Partai Adat Rakyat dan Pergelutan tentang Adat Minangkabau
Mengikuti Perjalanan Thomas Dias ke Pagaruyung Tahun 1684
Seminar Kajian Sejarah dan Budaya Kerajaan Jambu Lipo Picu Polemik
Kisah-kisah Menakjubkan dari Jambu Lipo
Rajo Manjalani Rantau: Prosesi Sakral dari Kerajaan Jambu Lipo
Sejarah Singkat Kerajaan Jambu Lipo
Mengenal Jenis-jenis Rangkiang: dari Si Tinjau Lauik sampai Rangkiang Kaciak