Meski begitu, menurut Reid sendiri pada masa-masa itu permainan-permainan tersebut, “tidaklah terutama didorong oleh keinginan untuk menang besar melainkan didorong oleh keinginan untuk mengidentifikasi diri dengan kelompok keluarga serta golongan.”
Hari ini permainan ceki/kowa/kartu Jawa, masih dimainkan di banyak tempat di Indonesia. mulai dari Bali, beberapa daerah di Jawa, serta di Sumatera Barat. Kadang diadakan pertandingan ceki untuk memperingati kemerdekaan atau momen lainnnya. Game ceki, THE1 KOA CEKI, juga sudah tersedia di Playstore. (*)
Ralat: Sebelumnya ditulis di paragraf pertama bahwa editorial berjudul "Tjekidelict" termuat di surat kabar Soenting Melajoe pada 1922 dan Chatib Maharadja sebagai kepala redaktur.
Setelah dichek kembali, ternyata editorial tersebut dimuat di surat kabar Neratja 26 September - 1 Oktober 1921. Status Chatib sebagai kepal redaktur juga diralat karena belum bisa dipastikan apakah dia saat itu sudah bergabung dengan Soenting Melajoe. Yang jelas, pada 1921, Chatib Maharadja memang berprofesi sebagai Jurnalis.
Artikel Terkait
Empat Wajah Imam Bonjol
Pantun, Teka-teki, dan Talibun Jaman Rodi
Wartawan TvOne Kena Palak di Sijunjung, Begini Sejarah Pemalakan di Minangkabau
Perempoean Madjoe dan Jamannya: Membahas Beberapa Salah Kaprah Mengenai Ruhana Kuddus
Riwayat Partai Adat Rakyat dan Pergelutan tentang Adat Minangkabau
Mengikuti Perjalanan Thomas Dias ke Pagaruyung Tahun 1684
Memahami Sejarah Pemalakan di Minangkabau