Beberapa surat kabar dan majalah kolonial juga melaporkan penangkapan orang yang bermain tjeki. Salah peristiwa penangkapan terjadi di Cilacap pada 1938. Majalah Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië 15-10-1938 melaporkan bahwa beberapa warga Tionghoa ditangkap karena terlibat permainan kartu Tjeki.
Tidak hanya identik dengan perjudian, tjeki juga identik dengan kaum rendahan serta dunia kriminal yang peuh kekerasan. Seorang pempimpin buruh di Semarang bernama Jahja, dikeluhkan oleh seorang penulis karena sering bergaul dengan Dejoeragan Tjeki dan kriminil lainnya di kampun Cina. Padahal menurut sipenulis, sebagai pemimpin buruh yang punya tempat terhormat dalam masyarakat, ia tidak sepantasnya bergaul dengan ‘orang-orang rendahan’ di tempat tersebut. Tulisan ini dibuat pada 1922 seperti dirangkum dalam Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1922, no 16, ha.106.
Baca Juga: Riwayat Partai Adat Rakyat dan Pergelutan tentang Adat Minangkabau
Pada 1923, surat kabar Madioenschen melaporkan ledakan bom di Madiun. Seorang saksi mengatakan bahwa pada malam 29-30 Agustus ia mendengar ledakan besar sebuah bom dari Gang Tjeki di Kampung Patoman seperti tercatat dalam Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1923, no 36, 05-03-1923 499-450.
Seorang perampok dari tahun 1917 di daerah Pariaman bahkan dijuluki Si Tjeki. Surat kabar De locomotief 22-08-1917 melaporkan bahwa seorang pembunuh bernama Si Tjeki telah dihukum mati karena merampok dan membunuh seorang perempuan muda di tepi sebuah sungai.
Tjeki Legal
Namun di zaman kolonial itu tjeki tidak selamanya ilegal dan membuat siapa saja yang memainkannya ditangkap aparat. Di iklan-iklan dalam surat-surat kabar dari jaman kolonial lainnya, permainan tjeki kerap digelar setiap ada pasar malam.
Di iklan-iklan semacam itu, tjeki seperti menjadi salah satu hiburan wajib di antara berbagai hiburan wajib lainnya seperti Komedi Stanbul. Misalnya dalam iklan pasar malam di surat kabar De Indische Courant 24 Maret 1928.
Sebagai catatan, pasar malam pada masa-masa ini adalah kegiatan yang tidak hanya direstui oleh pemerintah namun juga kadang turut mereka sponsori. Ada kemungkinan dalam kegiatan resmi seperti ini, pemerintah kolonial menarik sejumlah pajak dari yang punya lapak tjeki. Nampaknya pemerintah kolonial hanya menangkapi para pemain tjeki di tempat-tempat judi ilegal.
Kartu tjeki pun dijual terang-terangan. Salah satu yang memuat iklan penjualan kartu tjeki ialah surat kabar Sin Po 22 Maret 1922. Di sana termuat iklan Kartoe Tjeki dan Domino tjap Doea Matjan. Kartu tjeki doea matjan ini dijual oleh sebuah perusahaan di Batavia beranama Handel Mij “Tjeng Hin”.
Artikel Terkait
Empat Wajah Imam Bonjol
Pantun, Teka-teki, dan Talibun Jaman Rodi
Wartawan TvOne Kena Palak di Sijunjung, Begini Sejarah Pemalakan di Minangkabau
Perempoean Madjoe dan Jamannya: Membahas Beberapa Salah Kaprah Mengenai Ruhana Kuddus
Riwayat Partai Adat Rakyat dan Pergelutan tentang Adat Minangkabau
Mengikuti Perjalanan Thomas Dias ke Pagaruyung Tahun 1684
Memahami Sejarah Pemalakan di Minangkabau