Pantun, Teka-teki, dan Talibun Jaman Rodi

- Rabu, 13 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Credit (@potolawas)
Credit (@potolawas)

 

HALUANPADANG.COM - Nusantara kaya dengan tradisi lisan. Sejak lama, berbagai bentuk seni bertutur telah hidup dalam berbagai kebudayaan yang tersebar di kawasan yang dulu dikenal sebagai negeri bawah angin itu. Pantun, teka-teki, serta talibun, telah lama dikenal sebagai sarana hiburan.  

Namun, seni bertutur seperti pantun, teka-teki, serta talibun ternyata juga bisa dilihat sebagai semacam bentuk perlawanan atas penjajahan. Di dalam pantun, teka-teki, serta talibun, kadang tersisip pesan-pesan politik, kegelisahan, serta kemuakan pada penjajahan.  Hal inilah yang diungkap oleh sejarawan Gusti Asnan dalam tulisannya Pantun, Talibun, Teka-teki “Tempoe Doeloe” dan Perlawanan Terhadap Belanda di Sumatera Barat

Dalam tulisan yang dimuat di website pribadinya, sejarahsumatera.com, guru besar ilmu sejarah Unand itu menjelaskan paska padamnya gerakan Paderi pada akhir 1830-an terjadi banyak perubahan di dataran tinggi Minangkabau. Tata hidup masyarakat direcoki sedemikian rupa. Aparatus penjajahan Belanda semakin diperkuat dan jadi makin represif. Banyak orang yang memiliki keterkaitan dengan gerakan Paderi dipenjarakan atau dibuang. Dalam waktu yang berdekatan, pemerintah kolonial lewat para mandornya memaksa orang-orang ikut Rodi. 

Korban Rodi umumnya adalah orang-orang kecil yang telah menyaksikan kebrutalan militer Belanda sewaktu menggempur pasukan Paderi. Tanpa bisa menolak, mereka terpaksa  ikut Rodi mematuhi perintah kumandua (mandor) kaki tangan penjajah. Jika melawan, mereka akan diseret ke tangsi (penjara). Pada masa-masa itu, rakyat kecil yang tidak berdaya, tidak punya senjata, tidak terorganisir, hanya bisa menyalurkan protes lewat seni tutur. Muncullah pantun, teka-teki, serta talibun seputar Rodi.   

Salah satu pantun tentang Rodi yang dikutip Asnan dari buku  Midden Sumatra Expeditie Jilid III Bagian 2 (1881), menunjukkan betapa muaknya orang-orang terhadap kewajiban Rodi. Bunyinya seperti berikut: 

Bakudo ka Boekit-tinggi

Djalan ka Soewoq di kidakan

Ko datang rodi Goempani

Nasi di soewoeq di tinggakan

(Berkuda ke Bukittinggi / Jalan ke kanan dikirikan / kalau datang panggilan Rodi / nasi sedang disuap pun ditinggalkan) 

Ada juga talibun yang menceritakan keganasan Rodi serta cara-cara pemaksaan yang meliputinya: 

Rodi Goempani talampau garang

Palentah residen di padang

Angkek poelisi koemandan Si Mandi-Arang

Halaman:

Editor: Randi Reimena

Terkini

Ini Dia! Mansa Musa, Manusia Paling Kaya Dalam Sejarah

Senin, 27 Desember 2021 | 22:51 WIB

Memahami Sejarah Pemalakan di Minangkabau

Senin, 13 Desember 2021 | 15:27 WIB
X